Uap Percakapan

Percakapan itu menguap

bagai air terdidih yang mengapung

berubah menjadi gas yang bisa pergi kemana saja

tergantung angin yang membawanya

serasa tak pernah ada

dan memang aku anggap tak pernah ada

terlalu membebani

Maaf jika aku kira tidak penting

atau mungkin memang tidak penting

surat yang tak sengaja tersimpan

bukan berarti bernilai

tapi karena aku lupa menghapusnya

Maaf jika jujur menyakitkan

karena hati tak dapat dipalingkan

miskonsepsi marah

Begitukah cara orang dewasa “memarahi” dewasa lainnya?

tanpa bersinggungan, malah dengan nyaman memaksa untuk berkembang

atau aku yang terlalu naif

masih bertaut dengan bahasa marah konvensional

saat urat leher harus meregang

merubah wajah menjadi kemerahan

bak kepiting yang tercebur -atau mungkin diceburkan air panas

atau mungkin itu miskonsepsi

yang terbentuk akibat menonton opera sabun semasa kecil

yang jelas kini tak lain nampaklah kedewasaan yang dewasa